Kalau bertanya mengenai tempat beli batik di Yogyakarta, tentu banyak sekali tempat yang bisa kita tuju. Namun, hanya beberapa tempat saja yang menjual batik Yogyakarta yang paling dicari dan diminati. Salah satunya tentu Batik Namburan yang ada di jantung kota Yogyakarta.
Berbekal kreativitas dan pengalaman dalam mengembangkan produk batik premium, Batik Namburan terus melestarikan batik dengan ciri khas yang berbeda. Dengan memadukan konsep batik tradisional dengan konsep modern yang mempertimbangkan kemajuan teknologi. Hingga kemudian menghasilkan produk-produk premium dengan motif kontemporer. Meski demikian komitmen pada ciri khas batik Yogyakarta tetap dijaga.
Batik Namburan, berdiri sejak bulan Oktober 2015. Telah melalui berbagai transformasi dengan berganti-ganti tim manajemen. Namun, visi misi terus diwujudkan melalui semangat melestarikan warisan budaya yang sudah diakui dunia.
Nama Batik Namburan diambil berdasarkan pada lokasi galeri yang beralamatkan di JL. Namburan Lor No. 1, Panembahan, Kraton Yogyakarta. Berada di pusat kota Yogyakarta yang menjadi tujuan wisatawan dari dalam dan luar negeri. Berharap dengan dikenalnya nama Brand Batik Namburan, juga turut mengharumkan nama daerah Namburan hingga ke manca negara.
Menjadi suatu kebanggaan jika bisa mengenalkan ciri khas batik Yogyakarta kepada dunia. Mengenalkan sejarahnya, corak batiknya, dan filosofi-filosofi yang ada di setiap corak batik yogyakarta. Sebagaimana yang dikenal oleh masyarakat luas bahwa kota yogyakarta merupakan salah satu pusat pertumbuhan budaya Jawa.
Begitu juga dengan batiknya yang menjadi bagian dalam sejarah budaya Jawa. Hal ini terlihat sejak masa kerajaan Mataram ke-I yang pada masa itu pusat pembatikan berada di daerah Plered. Sebuah daerah yang menjadi lokasi keraton pada masa itu. Sejak saat itu batik menjadi bagian yang tak terpisahkan dari setiap aktivitas keluarga keraton. Bahkan pada masa itu diterapkan peraturan yang ketat mengenai motif batik yang boleh digunakan dalam acara-acara tertentu.
Ketentuan itu ditetapkan berdasarkan pada keturunan, jabatan atau status sosial dan kesempatan yang diberikan kepada seseorang. Misalnya, untuk acara perkawinan di Yogyakarta pada masa itu, kain batik yang digunakan haruslah bermotif Sidomukti, motif Sidoluhur, motif Sidoasih, Taruntum, atau motif Grompol. Kemudian untuk acara kelahiran seorang anak, seperti ritual mitoni, batik yang dikenakan haruslah bermotif Picis Ceplok Garudo, motif Parang Mangkoro, atau motif Gringsing Mangkoro.
Sedangkan ketentuan berdasar keturunan, motif-motif batik tertentu hanya dikenakan oleh kaum bangsawan saja. Dalam hal ini adalah raja keraton Yogyakarta, juga kerabat keluarga keraton. Dalam hal ini meliputi putra dalem, wayah dalem, rayi dalem, dan sentana dalem yang merupakan kerabat keluarga keraton.
Motif batik yang berlaku bagi keluarga keraton tersebut antara lain motif batik parang. Ada bermacam-macam batik motif parang, antara lain: motif Parang Klithik, Parang Rusak, Parang Gendreh, Parang Barong, Parang Kusumo, Parang Baris, Parang Kesit, Parang Ukel, Parang Centhung, Parang Gondosuli, Parang Pamor, Parang Pari, dan lain sebagainya.
Ketentuan penggunaan batik juga mengikat bagi para pejabat keraton Yogyakarta. Antara lain meliputi jabatan Patih, Tumenggung, Mantri, Bupati, Panewu dan sebagainya. Pejabat-pejabat tersebut hanya boleh mengenakan batik motif tertentu. Motifnya boleh sama dengan batik yang dikenakan oleh Sentana Dalem keraton Yogyakarta.
Aturan pakem penggunaan batik ini kemudian berkembang dan dikenal oleh masyarakat di luar lingkungan keraton. Diadaptasi dan digunakan dalam aktivitas kehidupan sosial masyarakat. Bahkan kemudian batik meluas dan berkembang di luar lingkungan keraton. Namun meskipun begitu, ada corak batik tertentu yang tetap menjadi ciri khas yang hanya dipunyai oleh keluarga keraton.
Seiring berjalannya waktu batik khas Yogyakarta telah berkembang pesat. Hal ini kemudian memunculkan daerah-daerah pembatikan baru di wilayah Yogyakarta. Salah satu daerah pembatikan yang paling terkenal di Yogyakarta, yaitu daerah Giriloya, Imogiri yang masuk dalam wilayah Kabupaten Bantul.
Saat ini batik Yogyakarta bisa dipakai oleh siapa saja. Laki-laki, perempuan, tua maupun muda. Tidak hanya oleh orang-orang dalam Negeri, melainkan di luar Negeri pun batik sering dipakai di acara-acara tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa batik bisa diterima oleh semua kalangan.
Bahkan dengan semakin berkembangnya kreatifitas pengrajin batik, telah diciptakan beragam motif batik baru yang memesona. Ada pengrajin yang mencoba memadukan motif batik tradisional dengan gaya modern. Ada pula yang mencoba menciptakan motif baru dengan melihat selera masyarakat saat ini.
Meskipun demikian, batik Yogyakarta tidak pernah kehilangan jati dirinya. Tetap memiliki wibawa dan tempat di hati para penggemar batik Nusantara. Tetap digemari dengan ciri khas corak dan motifnya, serta dibanggakan karena sejarah dan filosofi yang melekat di dalamnya.
Batik Yogyakarta tetap yang paling dicari dan diminati oleh penggemar batik. Baik dari dalam Negeri maupun luar negeri.